Pengertian
Ritel
Retail adalah suatu penjualan dari
sejumlah komoditas kepada konsumen. Retail berasal dari bahasa Perancis,
diambil dari kata retailer yang berarti “memotong menjadi kecil-kecil”. Menurut
Gilbert, retail adalah “semua usaha bisnis yang mengarahkan secara langsung
kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan organisasi
penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi” (2003 : 6). Sedangkan
dalam Kamus Bahasa Inggris – Indonesia retail dapat di artikan sebagai “eceran”.
Berikut ini adalah definisi dari ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) “retail consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use” yang bisa diartikan bahwa ritel merupakan kegiatan bisnis yang terlibat dalam penjualan barang maupun jasa kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi, kebutuhan keluarga, atau kebutuhan rumah tangga. Sedangkan Menurut Kamus, ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada khalayak (Manser, 1995).
Berikut ini adalah definisi dari ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) “retail consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use” yang bisa diartikan bahwa ritel merupakan kegiatan bisnis yang terlibat dalam penjualan barang maupun jasa kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi, kebutuhan keluarga, atau kebutuhan rumah tangga. Sedangkan Menurut Kamus, ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada khalayak (Manser, 1995).
Jadi bisnis ritel adalah
kegiatan penjualan barang dan jasa antara pedagang dan konsumen dimana
didalamnya terdapat akttivitas-aktivitas yang saling mendukung dan
mempengaruhi.
Sedangkan manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perdagangan retail, yaitu perdagangan
langsung barang dan jasa kepada konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam
bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai
4P.
.
Pengelompokan
Bisnis Ritel
Ada beberapa klasifikasi bisnis ritel (blog murtiningsih)
:
1. Kepemilikan :
·
Single-Store Retailer (tipe yang paling
banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m²)
·
Rantai Toko Retail (toko retail dengan
banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan)
·
Toko Waralaba (toko yang dibangun
berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba)
2. Merchandise Category:
·
Specialty Store/ Toko Khas (Menjual
satu jenis kategori barang yang relative sedikit/ sempit)
·
Grocery Store/ Toko Serba Ada (menjual
barang groceries (sehari-hari))
·
Departement Store (menjual sebagian
besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konyinyasi)
·
Hyperstore(menjual barang dalam rentang
kategori barang yang sangat luas)
3. Luas Sales Area :
·
Small Store/kiosk (kios kecil yang
umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil
dengan sales kurang dari 100 m²)
·
Minimarket (dioperasikan dengan luasan
sales area antara 100-1000 m²)
·
Supermarket (dioperasikan dengan luasan
sales area antara 1000-5000 m²)
·
Hypermarket (dioperasikan dengan luasan
sales area antara lebih dari 5000 m²)
4. Non-Store Retailer Non-Store Retailer :
·
Multi-Level-Marketing (MLM) : Model
penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat
berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
·
Mail & Phone Order Retailer ( Toko
pesan antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui
surat atau telepon
·
Internet/ Online Store (e-Commerce) :
Toko Retail di dunia maya yang mngadopsikan internet ke dalam bentuk online
retailing
Seperti kita lihat dari klasifikasi
diatas bahwa sekarang ini ada banyak sekali usaha dalam bisnis ritel yang
memudahkan para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dari skala kecil sampai
skala besar demi menjangkau semua pasar. Dalam hal ini para pebisnis ritel
harus mempunyai manajemen yang baik jika ingin bisa terus bertahan dalam
usahanya
Faktor Penting Dalam Usaha Bisnis Ritel
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam bisnis retail adalah
place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai 4P.
a. Lokasi
Menurut ( J.Supranto, 1998 ) Lokasi
yaitu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari. Salah pemilihan
lokasi perusahaan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan semakin
tajamnya persaingan dan banyaknya perusahaan sudah tidak mungkin lagi untuk
perusahaan melakukan coba-coba.
Bagi
seorang retailer untuk menentukan lokasi yang tepat bagi tokonya perlu
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Basu Swastha dan Irawan, 1997 ):
·
Luas daerah perdagangan;
·
Dapat dicapai dengan mudah;
·
Potensi pertumbuhannya;
·
Lokasi toko-toko saingan.
·
Sedangkan
faktor-faktor yang mempengaruhi potensi penjualan dari lokasi toko baru adalah:
·
Dapat
dicapai dengan mudah;
·
Populasi;
·
Pesaing;
·
Batas-batas
daerah perdagangan.
b. Price (Harga)
Basu Swastha (1996 : Hal 149
) mendefinisikan harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan
barang dan jasa yang dimiliki pihak lain. Dari pengertian diatas jelas bahwa
harga merupakan salah satu variabel yang penting dalam pemasaran, karena akan
mempengaruhi secara langsung terhadap hasil penjualan dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
Tujuan
penetapan harga
Penetapan harga
ini biasanya mempunyai beberapa tujuan bagi produk yang dihasilkan. Tujuan
tersebut antara lain:
a. Menetapkan laba
maksimun.
Dalam
kenyataannya, terjadi harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Sebab makin
besar pula kemungkinan bagi penjual mempunyai harapan mendapatkan keuntungan
yang maksimal.
b. Mencegah atau
mengurangi persaingan.
Dapat dilakukan
melalui kebijakan harga. Harga ini dapat diketahui bagaimana penjual menawarkan
barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu persaingannya hanya mungkin
dilakukan tanpa melalui kebijakan harga, tetapi melalui servis lain.
c. Memperbaiki atau mempertahankan pangsa
pasar.
Memperbaiki
pangsa pasar dilakukan bila kemampuan dibidang lain seperti di bidang
pemasaran, keuangan, dan sebagainya. Dalam hal ini harga merupakan faktor yang
penting bagi perusahaan kecil dengan kemampuan terbatas. Kemampuan harga
ditujukan hanya skedar untuk mempertahankan market
share.
Prosedur
Penetapan Harga.
Menurut Basu
Swastha (1993:150) dalam prosedur penentuan harga ada lima tahap yaitu:
a.
Mengantisipasi permintaan untuk produk
tersebut.
b. Mengetahui
lebih dahulu reaksi dalam persaingan.
c.
Menentukan market share yang ditentukan.
d. Memilih
strategi harga untuk mencapai target pasar.
e.
Mempertimbangkan politik pemasaran
perusahaan.
c. Produk (barang atau jasa yang di jual)
Menentukan produk/jasa yang akan
ditawarkan ke pasar umumnya menjadi langkah paling awal. Ide mengenai produk
bisa didapatkan dari beberapa sumber. Cara termudah adalah dengan membandingkan
langsung produk sejenis seperti yang ingin dijual, dan melakukan riset
kecil-kecilan ke target pasar mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk
tersebut.
Melihat
banyaknya produk yang beredar di pasar maka keberhasilan bisnis ritel
tergantung dari variasi produk yang dihadirkan atau penyediaan produk yang
mngkin hanya tersedia di bisnis yang dipilih.
Mengembangkan merek-merek berlabel (
juga disebut merek-merek toko ) yang merupakan produk – produk yang
dikembangkan dan dipasarkan oleh pelaku bisnis ritel dan hanya tersedia dari tempat bisnis ritel tersebut.
d. Promosi
Aspek penting lainnya adalah mengenai
promosi dari produk. Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar agar
pelanggan tergerak untuk membelinya. Salah satu cara berpromosi efektif adalah
dengan beriklan. Bagi wirausaha yang baru memulai bisnis, iklan dilakukan
dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi-nya. Untuk mendapatkan
efektifitas beriklan sebaiknya dilakukan pemilihan media iklan yang benar-benar
cocok dengan karakter target pasar dari produk. Mungkin tidak diperlukan untuk
memasang iklan di segala media/tempat karena belum tentu berpengaruh kepada
peningkatan penjualan. Selain itu pemasangan iklan juga berhubungan dengan
biaya yang dikeluarkan. Pada tahap-tahap awal memulai bisnis, sebaiknya masalah
biaya mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi ganjalan dalam operasional
usaha. Tentukan juga tujuan dari promosi, apakah untuk enciptakan kesadaran
merek atau dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan. Jangan lupa untuk mengukur
hasil dari setiap kegiatan promosi yang dilakukan, apakah sesuai dengan harapan
atau masih perlu perbaikan untuk kegiatan promosi berikutnya.
Dari seemua uraian diatas bisa diambil
sebuah kesimpulan bahwa Place, Price, Product dan Promotion merupakan faktor
yang tak bisa dipisahkan dalam mengembangkan usaha bisnis retail karena
gabungan antara keempat faktor tersebut bisa jadi menentukan keberhasilan
ataupun gagalnya usaha ritel.
Pada tahun 2014 mendatang,
pendapatan bisnis ritel modern nasional diperkirakan tumbuh 10-15%
menjadi Rp 162-170 triliun, dibanding proyeksi tahun ini sebesar Rp 148
triliun. Kenaikan itu didorong pertumbuhan ekonomi nasional dan pemilihan umum
(pemilu) legislatif dan presiden.
Data yang dilansir oleh Media Data-APRINDO dari
tahun 2004 hingga tahun 2008, mini market mengalami pertumbuhan (growth) dengan
rata-rata turnover tertinggi sebesar 38% pertahunnya, disusul kemudian
oleh hypermarket sebesar 21,5% dan supermarket yang hanya mengalami pertumbuhan
sebesar 6% pertahun. Sejalan dengan tingginya growth, khususnya pada
mini market, ditandai dengan semakin ketatnya persaingan dalam ekspansi pasar
dari dua pelaku bisnis besar di dalamnya yaitu Indomart dan Alfamart.
Dari sisi turnover yang dapat dihasilkan,
yaitu format hypermart merupakan yang terbesar, yang pernah dicapainya pada
tahun 2008 yaitu sebesar 41%. Sementara itu minimarket dengan perolehan sebesar
32%, lalu disusul oleh supermarket. Penurunan pada supermarket dinilai
sebagai akibat dari semakin banyaknya penambahan gerai minimarker yang dapat
mempersingkat akses konsumen untuk memilih
berbelanja ke supermarket. Selain itu pula adanya perilaku agresif dari
hypermarket dalam berbagai kegiatan promosi yang kuat dan menarik, ditunjang
oleh kelengkapan produknya telah memberikan tempat tersendiri dimata konsumen.
Kesimpulan.
Jadi bisnis ritel adalah
kegiatan penjualan barang dan jasa antara pedagang dan konsumen dimana
didalamnya terdapat akttivitas-aktivitas yang saling mendukung dan
mempengaruhi.Sedangkan manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan
faktor-faktor yang berpengaruh dalam perdagangan retail, yaitu perdagangan
langsung barang dan jasa kepada konsumen. Jadi bisnis ritail
pada tahun 2014 mengalami peningkatan
sekitar 15 % contoh binis ritail: usaha rumahan ,pt, toko
furniture, toko perhiasan, toko mainan, toko olahraga, toko buku
Daftar Pustaka
http://financeroll.co.id/news/pada-2014-pendapatan-bisnis-ritel-modern-diperkirakan-tumbuh-hingga-15/
http://www.anneahira.com/perusahaan-retail.htm
http://wino.blogdetik.com/2009/05/28/strategi-pemasaran-ritel/
http://wino.blogdetik.com/2009/05/28/strategi-pemasaran-ritel/
http://radiosmartfm.com/smart-sharing/1649-dampak-perkembangan-teknologi-informasi-terhadap-strategi-ritel-dan-distribusi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar